Minggu, 18 Januari 2009

Blok Langgak Dikelola Riau

http://riaumandiri.net/
Senin ,19 Januari 2009

Kontrak Chevron Habis Hari Ini
Gubri: PT SPR Sudah Dapat Izin
PEKANBARU-Kontrak pengelolaan ladang minyak Blok Langgak oleh PT Chevron Pasifik Indonesia (CPI) akan berakhir Senin (19/1) ini. Pemprov Riau sendiri menyatakan siap untuk mengambil alihnya dan menyatakan telah mendapatkan izin dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menyerahkan pengelolaannya kepada PT Sarana Pembangunan Riau (PT SPR). Gubernur Riau HM Rusli Zainal mengungkapkan hal itu menjawab wartawan, Minggu (18/1) kemarin usai membuka acara Belajar di Malaysia 2009 Ezpo di Hotel Aryaduta, Pekanbaru. "Sudah. Jadi Insya Allah, secara resmi telah dikeluarkan oleh menterai ESD ke SPR. Tinggal kita mengkoordinasikan dalam waktu 3 bulan ini, apa namanya, proses-prosesnya," ujar Gubri. Ladang minyak Blok Langgak berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu. Blok tersebut ditemukan Pertamina dan CPI tanggal 13 Oktober 1976 dan kerjasamanya merupakan product sharing dimana sistem kontrak pengusahaan migas dengan kompensasi berupa bagi hasil antara pemerintah dan kontraktor yang diambil dari setiap produksi revenue setelah dikurangi recovable cost.

Berproduksi sejak Januari 1979, Blok Langgak yang memiliki 21 sumur dan masuk dalam wilayah Blok Moutain Front Kuantan (MFK) itu rata-rata menghasilkan 450 barel minyak per-hari. Sesuai dengan kontrak, ladang minyak ini telah habis masa kontraknya pada 15 Januari 2004 silam. Namun kemudian diperpanjang hingga empat kali yang berakhir pada 19 Januari ini. Pihak Cevron yang dikonfirmasi tadi malam membenarkan berakhirnya kontrak pengelolaan Blok Langgak itu. Hanafi Kadir, Manajer Communications & Public Affairs PT CPI kepada Riau Mandiri mengungkapkan pihaknya siap menyerahkan pengelolaannya kepada Pemprov Riau. "Untuk kelanjutan pengelolaan ke depan, semua keputusan ada di tangan Pemprov Riau, apakah harus menunjuk perusahaan lain atau harus memperpanjang kembali kontrak dengan pihak PT CPI," katanya.

Bila pemerintah meminta PT CPI kembali untuk mengelola Blok Langgak tersebut, pihaknya tidak bisa menolak. "Demi kelangsungan produksi ladang minyak tersebut PT CPI tidak bisa mengelak jika diminta lagi," jelas Hanafi. Namun perlu ditekankan, apabila kontrak PT CPI telah berakhir untuk pengelolaan di masa yang akan datang, pihaknya juga akan siap membantu di masa transisi bagi operator baru yang akan mengelola Blok Langgak tersebut. "Demi kelangsungan dan kelancaran produksi," jelasnya.

Masih Ngambang
Sementara itu Gubri mengungkapkan, ke depan pasca selesainya kontrak pengelolaan CPP Blok oleh Chevron hari ini, ada waktu tiga bulan masa transisi bagi SPR dan Pemprov Riau untuk mempersiapkan diri, sebelum memulai operasi pengelolaan. "Kan ada masa transisi 3 bulan, sama juga dengan CPP Blok dulu. Kita juga telah persiapkan seperti garansi bank, tapi pada hakikatnya sudah," ujarnya. Rusli sendiri beberapa waktu lalu menegaskan rencana pengelolaan Blok Langgak oleh SPR telah berlangsung sejak 2 tahun yang lalu. "Jadi bukan seketika, itu sudah direncanakan sejak 2 tahun yang lalu," katanya.

Tentunya dengan adanya persetujuan Menteri ESDM seperti yang diungkapkan Gubri, sekaligus menghapus keraguan sejumlah pihak yang mempertanyakan tentang izin pengelolaan yang dimiliki PT SPR. Sebab, selama ini SPR dikenal sebagai perusahaan pihak ketiga atau perusahaan yang bermain di tataran hilir. Hanya saja, Gubri sendiri ketika ditanya wartawan tentang tanggal dikeluarnya izin dari ESDM tersebut, tidak menjawab dengan jawaban yang pasti. Gubri justeru menjawab dengan jawaban yang ngambang. "Tanggalnya disesuaikan," jawab Gubri lantas masuk ke mobil dinasnya dan pergi meninggalkan wartawan. Begitu juga dengan pihak PT SPR sampai saat ini masih menutup diri, terutama bagi media. SPR terkesan enggan melayani media untuk mempertanyakan kesiapannya sebagai BUMD yang ditunjuk untuk mengelola Blok Langgak. Soal sikap PT SPR itu, Gubri juga meminta wartawan untuk langsung mempertanyakan ke pihak SPR. "Tanyakan aja ke SPR," jawab Gubri.

Disegerakan
Kalangan DPRD Riau sendiri meminta Pemprov Riau, termasuk PT SPR, untuk menyegerakan berbagai persyaratan yang dibutuhkan, sehingga dalam waktu tiga bulan kedepan atau menjelanh habis masa transisi 3 bulan, tidak ada kendala lagi. "Dari awal kita dari dewan tidak mempersoalkan BUMD mana yang akan mengelola Blok Langgak ini apakah Riau Pertrolium (RP) atau PT SPR, yang penting bagi dewan adalah rebut dulu oleh pemprov. Kemudian Gubernur rekomendasikan siapa yang akan mengelola. Sebab yang terpenting adalah dengan dikelolanya Blok Langgak oleh daerah akan mendatangkan pemasukan atau PAD bagi daerah," kata anggota Komisi B DPRD Riau, H Syamsul Hidayah Kahar.

Oleh karena itu, kata Syamsul, kalau Gubernur menyatakan PT SPR sudah mendapat rekomendasi dari kementrian ESDM, maka pemprov dan PT SPR harus menyegerakan berbagai persyaratan atau keperluan untuk mengelola blok Langgak, baik SDMnya, peralatan atau teknologinya. "Ini merupakan peluang yang sangat baik, dengan dipercayakannya kepada daerah untuk mengelola Blok Langgak, maka semua stakeholder di Provinsi Riau harus bekerja maksimal. Sebab masih ada peluang yang lebih besar untuk beberapa tahun ke depan, sebab sekitar tahun 2019 kontrak Cevron akan berakhir. Kalau sudah berakhir, tentunya peluang daerah untuk mengelola lebih besar," paparnya. Hal senada juga dikatakan anggota Komisi B, Bambang Triwahyono. Menurutnya, bagi dewan tidak mempersoalkan perusahaan mana yang mengelola, yang penting ladang minyak tersebut dikelola daerah dan mendatang PAD bagi daerah.

"Sebab berdasarkan hitung-hitungan pada saat hearing Komisi B beberapa waktu lalu, bagi daerah yang mengelola ladang minyak ini, maka Riau akan mendapat dana sekitar Rp20 Miliar per-tahun. Itu khusus bagi yang mengelola. Lain lagi dengan DBH. Oleh karena itu dengan dipercayakannya kepada PT SPR, semua stake holder harus bekerja maksimal. sehingga pengelolaan Blok Langgak juga maksimal," harapnya. Hingga tadi malam belum diketahui pasti kapan akan dilaksanakan penyerahan resmi pengelolaan Blok Langgak itu dari Chevron ke Pemprov Riau. "Belum ada kabar resmi sampai kini," kata Kabag Humas Pemprov Riau Chairul Rizki ketika dikonfirmasi tadi malam. ( don,hai,aim,mel,ril,tun)

Minggu, 04 Januari 2009

*BOYCOTT ISRAEL CAMPAIGN*

*BRANDS & LABELS TO BOYCOTT*

<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- danone.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- disney.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- marks-and- spencer.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- kimberly- clark.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- l-oreal.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- selfridges. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- estee-lauder. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nestle.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- delta-galil. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- johnson-and- johnson.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- revlon.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- kimberly- clark.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- kimberly- clark.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- lewis-trust. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- kimberly- clark.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- home-depot. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- home-depot. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- home-depot. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- home-depot. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- limited.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- home-depot. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- home-depot. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- coca-cola. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- aol.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- aol.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- aol.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- aol.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- nokia.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- ibm.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- news-corporation .html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- intel.html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- sara-lee. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- starbucks. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- mcdonalds. html>
<http://www.inminds. co.uk/boycott- timberland. html>

*URL: http://www.inminds. com/boycott- brands.html*

Riau Harus Lawan Pertamina

Soal Pengelolaan Blok CPP
http://www.riaumandiri.us/berita/578
RM, 8 Juni 2007

PEKANBARU-Masyarakat Riau diminta untuk menentang keberadaan Pertamina yang masih mengelola Coastal Plains Pekanbaru (CPP) Block. Pasalnya, turunnya produksi minyak CPP Block bukan karena putra daerah, tapi akibat masih kuatnya pengaruh Pertamina dalam pengelolaan ladang minyak tersebut.

Hal tersebut dikatakan praktisi hukum Riau yang juga salah seorang penggerak perebutan CPP Block, H. Kapitra Ampera, S.H., di Pekanbaru, Kamis (7/6). “Bila pemerintah Siak menginginkan pergantian pimpinan di lingkup BSP maupun di CPP maka carilah putra terbaik Riau yang dianggap mampu menjalankan produksi minyak bumi yang diketahui mempunyai kapasitas 70.000 barel per hari. Soal menyangkut perusahaan, BSP maupun CPP bisa melakukan kerjasama dengan PT Riau Petroleum yang merupakan BUMD milik masyarakat Riau.

“Perlu dicatat, dasar utama kita melakukan perlawanan merebut CPP Block dari Pertamina dan PT CPI karena melihat keberadaan perusahaan itu tidak memberi kontribusi kepedulian yang signifikan kepada masyarakat Riau. Dan tekad itu sudah disampaikan para tokoh masyarakat Riau secara terbuka,” ungkapnya. Akan tetapi setelah perjuangan berhasil direbut, ternyata hasil yang diperoleh tidak menghasilkan apa yang diharapkan karena timbulnya berbagai kalangan pahlawan kesiangan yang muncul setelah barang itu sudah di tangan. Pahlawan kesiangan itu hadir dalam pengelolaan yang pada akhirnya menimbulkan persoalan melemahnya produksi minyak bumi dalam beberapa tahun belakangan yang saat ini mencapai tidak lebih 25.000 barel/hari. Kelemahan seperti ini, kata Kapitra, yang justru dimanfaatkan Pertamina dengan pola membangun PT BSP sehingga hasilnya tidak maksimal. “Meski Pertamina telah teruji dalam pengelolaan ladang minyak justru Pertamina tidak mampu menggerakan produksi karena ada kepentingan di dalamnya,” ujarnya. Untuk itu Pemerintah Provinsi Riau maupun Pemkab Siak diminta untuk melepas keterlibatan Pertamina dan serahkan pengelolaan ke daerah. “Bagaimanapun BOB taklayak lagi melakukan joint corporate dengan BSP. Lebih baik BSP kerjasama dengan Riau Petroleum dengan merekrut dan membayar tenaga profesional sesuai keinginan masyarakat Riau.

Pusat Setengah Hati
Sementara, tokoh masyarakat Riau Drs. Al Azhar, MA, menganggap Pemerintah Pusat setengah hati menyerahkan CPP Blok kepada Riau. “Pertamina yang tetap bercokol merupakan bukti bahwa pusat tidak pernah memberikan sepenuhnya CPP Blok kepada daerah,” tegas Ketua Harian Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) ini ketika ditemui Riau Mandiri di Jalan Kopan, Kamis (7/6) siang. “Tidak ada apapun yang kita harapkan dari perjuangan itu, kecuali ingin mengangkat marwah masyarakat Riau di mata pusat yang selalu meremehkan. Saya yang tidak kapabel dan tahu diri, untuk itu tidak ikut campur dalam ranah bisnis dan teknis tentang pengelolaan CPP Blok,” ujarnya. Lebih jauh, Al Azhar mengatakan, bisnis minyak merupakan bisnis yang menjanjikan saat ini, sehingga menyebabkan sebuah negara mengintervensi negara lain. Riau sudah siap mengelola CPP Blok 100 persen, itu saya setuju. Pusat tidak berhak menyebutkan daerah tidak siap. Kalau ditunggu siap, Indonesia dulu juga tidak siap untuk merdeka ketika kemerdekaan diproklamirkan. Untuk itu, Pertamina jangan mencengkramkan tangannya terlalu kuat dan terlalu lama di Blok CPP,” tandas Al Azhar.

Dukung
Dukungan terhadap tuntutan daerah mengelola penuh CPP Blok terus mengalir. Kali ini datang dari masyarakat Siak Tengku Romainur. “Kita mendukung apa yang dikatakan tokoh masyarakat Riau H Basrizal Koto, siapa pun pemimpin di daerah ini harus komit dalam mengelola BSP dan tidak berada di bawah bayang-bayang Pertamina, sebab perjuangan merebut BSP dulu akan sia-sia kalau kita masih membiarkan Pertamina mendikte kita. Komitmen awal PT BSP dan pengelolaan bloc CPP oleh daerah harus dipertegas, bila tidak akan timbul pergolakan dalam hal ini, sebab PT BSP bukanlah perusahaan keluarga. Setiap tetes minyak yang diambil dari perut bumi Zamrud itu harus jelas pertanggungjawabannya agar hati warga dan pejuang perebutan CPP Block tidak makin terluka,” ujar Tengku Romainur.

Sedangkan Ketua Komisi I DPRD Siak, Drs. Amir Abdulrahman, menjelaskan, baru-baru ini DPRD Siak telah mengesahkan Perda tentang penyertaan modal pemerintah daerah di PT BSP mencakup Provinsi dan daerah-daerah Kabupaten Kota yang berada di wilayah CPP Bloc. “Kita minta Perda itu segera direalisasikan. CPP Block adalah milik Siak dan kita sudah punya aturan main. Siak tidak bisa diatur oleh Pertamina, dan perusahaan patungan segera diwujudkan,” ujarnya.

Menurut Amir, selama ini rakyat Lancang Kuning sering terluka, oleh berbagai aktivitas-aktivitas perusahaan minyak. Ibarat pepatah semutpun bila terinjak akan menggigit. “Kita harap, kerjasama yang baik dan saling menghargai untuk kesejahteraan warga Indonesia. Kita salut dengan statemen tokoh masyarakat Riau, karena apa yang disampaikannya itu, adalah sebuah sikap peduli untuk kemajuan daerah. Statemen Basko adalah motivasi bagi masyarakat Siak. Warga Siak memang sudah bosan selalu dipermainkan dalam pengelolaan minyak ini. Kita minta Pertamina menghargai hak-hak rakyat Kabupaten Siak karena melihat apa yang terjadi selama ini sangat membuat hati orang Siak khususnya dan Riau umumnya sangat terluka,” tandas Amir.

Tunggu Waktu
Di tempat terpisah Irvan Gunawan ST, Wakil Ketua DPRD Siak, mengatakan, dominasi Pertamina di PT Bumi Siak Pusako Zamrud Kabupaten Siak hanya tinggal mengunggu waktu, sebab saat ini DPRD Tengah menggodok Ranperda Jasa Pertambangan Siak. Dengan lahirnya Perda itu nanti, perusahaan patungan bisa segera dibentuk disamping itu juga akan lahir Perusahaan Mandiri milik Pemkab Siak sebagai anak dari PT BSP. “Dominasi Pertamina secara berangsur-angsur dapat kita kurangi, dan alih teknologi bisa dilakuan dengan maksimal. Kendala yang terjadi selama ini alih teknologi yang pernah dijanjikan Pertamina tidak pernah berlangsung optimal karena selama ini yang banyak diberdayakan oleh Pertamina itu masih sebatas pada orang-orang mereka sendiri. Di sampang itu alih terknologi ini menjadi kendala karena keterbatasan SDM kita sendiri jujur itu harus kita akui,” terangnya, kemarin kepada Riau Mandiri. (dar,cr2,iwn)